MAKALAH FISIOLOGI MANUSIA
“ORGANA GENETALIA MASCULINA”
Disusun Oleh :
1. Desi Purnaningsih (A.102.08.013/1.B1)
2. Desy Novianitasari (A.102.08.014/1.B1)
3.
Destiana Refnida P (A.102.08.015/1.B1)
4. Desty Wulandari (A.102.08.016/1.B1)
5.
Devi Sintya Pangestika (A.102.08.017/1.B1)
AKADEMI ANALIS
KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem reproduksi
adalah suatu
rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu
organisme berbeda antara pria dan wanita.
Pada
umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai
masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar
endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia. Reproduksi juga
merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan
suatu generasi.
Untuk
kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya
proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup
tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut
terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang
merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui anatomi dan
fisiologi sistem reproduksi pria.
2.
Mengetahui
perkembangan sperma.
3.
Mengetahui gangguan
pada sistem reproduksi
pria
C.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem
reproduksi pria ?
2.
Bagaimanakah terjadinya spermatogenesis ?
3.
Apa saja gangguan pada sistem reproduksi
pria ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anatomi
dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Pria
1.
Organa genetalia
maskulina externa terdiri dari penis dan scrotum.
a. Penis
Penis adalah organ yang berfungsi untuk tempat
keluar urine, semen serta sebagai organ kopulasi. Penis terdiri dari tiga
bagian, yaitu : akar (menempel pada dinding perut), badan (merupakan bagian
tengah dari penis), dan gland penis (ujung penis yang berebentuk seperti
kerucut yang banyak mengandung ujung-ujung syaraf sensorik).Badan penis
dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris, yang terdiri dari dua
korpus kavernosum ventral disekitar uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh
jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan
ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan
terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
·
Mekanisme Ereksi Penis
Ereksi adalah salah atu
fungsi vascular korpus kavernosum dibawah pengendalian sistem saraf otak. Jika
penis lunak maka stimulus simpatis terhadap
arterial penis menyebabkan kontriksi sebagian organ ini, sehingga aliran darah
melalui penis tetap hanya sedikit. Saat stimulasi mental atau seksual,
stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arterial yang memasuki penis
sehingga lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan yang dapat
didrainase vena. Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan
menekan vena yang dikelilingi tunika albugiena non ditensi. Setelah ejakulasi,
impuls simpatis menyebabkan terjadinya vasokontriksi arteri dan darah akan
mengalir ke vena untuk dibawah menjauhi korpus. Penis mengalami detumesensi
atau kembali ke kondisi lunak.
·
Ejakulasi
Ejakulasi adalah saat
pengeluaran sperma yang merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki. Semen
diejakulasi melalui serangkaian semprotan. Impuls simpatis dari pusat reflek
medulla spinalis menjalar di sepanjang saraf spinal lumbal (L1 dan L2) menuju
organ dan menyebabkan kontraksi peristaltic dalam duktus testis, epididimis dan
duktus deferen. Kontraksi ini menggerakkan sperma di sepanjang saluran. Impuls
pada para simpatis menjalar pada saraf dan menyebabkan otot bulbo kavernosum
pada dasar penis berkontraksi secara berirama. Kontraksi yang stimulant pada
vesika seminalis, prostat dan kelenjar bulbo uretra menyebabkan terjadinya
sekresi cairan seminal yang bercampur dengan sperma untuk membentuk semen.
b. Skrotum
Skrotum merupakan
kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga
bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma
terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan suhu tubuh.
Otot kremaster pada
dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung
lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke
tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).
2.
Organa genetalia
maskulina interna terdiri dari testis, saluran pengeluaran (epididimis,
vas deferens, saluran
ejakulasi , uretra),
dan saluran pelengkap (vesikula seminalis,
kelenjar prostat, kelenjar
cowper)
a. Testis
Testis adalah organ
lunak, berbentuk oval, dengan panjang 4 – 5 cm (1,5 – 2 inci) dan berdiameter
2,5 cm (1 inci) yang terletak di dalam skrotum. Testis berjumlah sepasang.
Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan
dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos.
Funsi
testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormone kelamin
pria yang disebut testoteron. Dibagian kelenjar testis ada beberapa bagian
yaitu :
a.) Tunika
albuginea, yaitu kapsul yang membungkus testis yang merentang ke arah dalam
yang terdiri dari sekitar 250 lobulus.
b.) Tubulus
seminiferus, yaitu tempat berlangsungnya spermatogenenesis yang terlilit dalam
lobules, di dalamnya terdapat sertoli yang fungsinya adalah member nutrisi pada
spermatozoa yang sedang berkembang. Pembentukan hormone testosterone dan estrogen
serta produksi hormone inhibin (negative feed back) sehingga FSH turun.
c.) Duktus, yang membawa
sperma masuk dari testis ke bagian exterior tubuh. Dalam testis sperma bergerak
ke lumen tubulus rekti, kemudian menuju jaringan-jaringan kanal testis yang
bersambung dengan 10-15 duktus deferen yang muncul dari bagian testis.
b. Saluran
pengeluaran
a) Epididimis
Epididimis
adalah struktur di dalam skrotum yang melekat di bagian
belakang testis dan memanjang sampai ke vas deferens. Epididimis berfungsi untuk menahan testis di
tempatnya dan menyimpan sperma selama proses pematangan. Struktur epididimis
terdiri dari kaput (kepala), korpus (badan) dan kauda (ekor). Sperma yang
diproduksi testis masuk ke kaput epididimis melalui korpus dan berhenti di
kauda untuk disimpan. Ketika sperma keluar dan berjalan ke kauda, mereka belum
bisa berenang dan membuahi sel telur. Pada saat mencapai kauda, mereka telah
dapat membuahi sel telur. Sperma akan ditransfer ke vesikula seminalis melalui
vas deferens. Sperma belum bisa berenang sehingga membutuhkan kontraksi otot
untuk mendorong mereka ke vesikula seminalis, di mana mereka mencapai
kematangan penuh.
b) Vas
Deferens
Vas Deferens merupakan saluran lanjutan dari epididimis. Maka
vas deferens merupakan saluran lurus dan mengarah ke atas. Bagian ujungnya
terdapat di dalam kelenjar prostat. Fungsi vas deferens ini adalah untuk
jalanya (mengangkut) sperma dari epididimis menuju ke kantong sperma atau
vesikula seminalis
c) Saluran
ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang
menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk
mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
d) Uretra
Uretra
merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra
berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran
untuk membuang urin dari kantung kemih.
c. Saluran pelengkap
a.)
Vesikula seminalis
Vesikula
seminalis dikenal juga dengan istilah kantung semen atau kantung mani,
merupakan salah satu kelenjar assesori pada organ reproduksi pria, berjumlah
sepasang dengan bentuk yang berlekuk-lekuk dan terletak di belakang-bawah
kantung kemih (vesika urinaria). Saluran pada masing-masing vesikula seminalis
bersatu dengan duktus deferens pada sisinya untuk membentuk duktus
ejakulatorius. Dinding vesikula
seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
b.)
Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra
dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah
yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk
kelangsungan hidup sperma. Fungsi utamanya adalah
untuk mengeluarkan dan menyimpan sejenis cairan yang menjadi dua pertiga bagian
dari air mani.
c.)
Kelenjar cowper
Kelenjar
Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung
menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah
yang bersifat alkali (basa).
B.
Proses Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa
(tunggal : spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu
testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n)
dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel
epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut
spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar
sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia
berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.
Tahapan pada proses spermatogenesis, yaitu :
a.
Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis
berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan
struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara
mitosis. Spermatogonia ini
mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit
primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23
kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini
akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Spermatosit
primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis.
Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak,
yaitu spermatosit sekunder.
b.
Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis,
sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit
sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit
sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid
yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi
sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan
(Interceluler bridge). Dibandingkan dengan
spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
c.
Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa
yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase
pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika
spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel
epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat
bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron
(Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan
menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada
hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama
dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar
prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar
tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang
laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
·
Hormon-Hormon Yang Berperan
Dalam proses Spermatogenesis
Proses pembentukan
spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle
Stimulating Hormon/FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon/LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu
tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium
untuk memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan
pembelahan awal pada spermatogenesis.
C.
Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
1.
Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan
fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon
androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan
tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat
dilakukan dengan terapi hormon.
2.
Kriptorkidisme
Kriptorkidisme
adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke
dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian
hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum
turun juga, dilakukan pembedahan.
3. Uretritis
Uretritis adalah
peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air
kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia
trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus herpes.
4.
Prostatitis
Prostatitis adalah
peradangan prostat yang sering disertai dengan peradangan pada uretra.
Gejalanya berupa pembengkakan yang dapat menghambat uretra sehingga timbul rasa
nyeri bila buang air kecil. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti
Escherichia coli maupun bukan bakteri.
5.
Epididimitis
Epididimitis adalah
infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Organisme penyebab
epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
6.
Orkitis
Orkitis adalah
peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria
dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
7. Anorkidisme
Anorkidisme adalah penyakit dimana
testis hanya bejumlah satu atau tidak ada sama sekali.
8. Hyperthropic
prostat
Hyperthropic
prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang biasanya terjadi pada usia-usia
lebih dari 50 tahun. Penyebabnya belum jelas diketahui.
9.
Hernia inguinalis
Hernia
merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan.
10. Kanker prostat
Gejala kanker
prostat mirip dengan hyperthropic prostat. Menimbulkan banyak kematian pada
pria usia lanjut.
11. Kanker testis
Kanker
testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar),
yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam
skrotum (kantung zakar).
12. Impotensi
Impotensi yaitu
ketidakmampuan ereksi ataupun mempertahankan ereksi penis pada pada hubungan
kelamin yang normal.
13. Infertilitas
(kemandulan)
Yaitu
ketidakmampuan menghasilkan ketururan. Infertilitas dapat disebabkan faktor di
pihak pria maupun pihak wanita. Pada pria infertilitas didefinisikan sebagai
ketidakmampuan mengfertilisasi ovum. Hal ini dapat disebabkan oleh:
·
Gangguan
spermatogenesis, misalnya karena testis terkena sinar radio aktif, terkena
racun, infeksi, atau gangguan hormon
·
Tersumbatnya
saluran sperma
·
Jumlah sperma
yang disalurkan terlalu sedikit
DAFTAR PUSTAKA
http://ritha-gangguanpadareproduksi20110909.blogspot.com/2011/09/kelainan-pada-sistem-reproduksi-pria.html
0 komentar:
Posting Komentar